Kamis, 27 Mei 2010

MENJADI ISTRI YANG CANTIK JASMANI & ROHANI

Rate This
Quantcast


PEREMPUAN YANG BERKENAN KEPADA TUHAN[1]

(Refleksi dari Amsal 31:25-31)

Oleh : Pdt. Gustav G. Harefa

31:25 Pakaiannya adalah kekuatan dan kemuliaan, ia tertawa tentang hari depan. 31:26 Ia membuka mulutnya dengan hikmat, pengajaran yang lemah lembut ada di lidahnya 31:27 Ia mengawasi segala perbuatan rumah tangganya, makanan kemalasan tidak dimakannya. 31:28 Anak-anaknya bangun, dan menyebutnya berbahagia, pula suaminya memuji dia: 31:29 Banyak wanita telah berbuat baik, tetapi kau melebihi mereka semua. 31:30 Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji. 31:31 Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!

PA Perempuan BNKP Depok
PA Perempuan BNKP Depok

Pada zaman sekarang ini, jika ditanyakan kepada laki-laki atau bapak (suami), apa yang menjadi kriteria perempuan idaman anda?. Pasti akan memberi jawaban sesuai dengan seleranya masing-masing.

  • Ada yang menjawab bahwa perempuan idamannya adalah orang yang cantik. Dalam hal ini dia hanya melihat dari lahiriah.
  • Ada juga yang mengatakan orang yang sudah memiliki pekerjaan yang mapan (PNS, pengusaha, dll). Dalam hal ini, si pria melihat dari segi masa depan.
  • Ada juga yang mengatakan adalah perempuan yang bisa mengatur rumah tangga; . dalam hal ini melihat dari tangungjawab (mengurus keluarga, memasak, dll). Kan kurang baik juga ketika seorang istri hanya bisa masak mi..pagi hari misalnya mi, siang indomie, malam supermi..begitu seterusnya.
  • Ada juga yang mengatakan adalah perempuan yang kaya. Dalam hal ini melihat dari materi, dan masih banyak yang lain.
  • Apakah kriteria di atas salah di hadapan Tuhan. Pada dasarnya tidak. Karena semua manusia termasuk perempuan diberi kemampuan yang berbeda-beda dan laki-laki diberi kebebasan untuk memilih.

Namun, saudara yang kekasih di dalam Kristus, dalam Firman Tuhan yang kita renungkan pada saat ini, justru melihat bahwa perempuan atau istri yang menjadi idaman yang baik dari laki-laki dan berkenan kepada Tuhan mesti memiliki kriteria dalam 2 (dua) hal yaitu kecantikan rohani dan kecantikan jasmani.

Ajakan ini adalah pengalaman dari seorang raja Masa, yang bernama Lemuel yang sebenarnya dia dapatkan dari ibunya sendiri (Amsal 31:1). Hal ini mengingatkan kita bahwa ibu yang baik mesti menjadi teladan dan memberi contoh kepada anak-anaknya. Dalam hal ini (khususnya ayat 25-31) yang kita renungkan, bahwa seorang perempuan (istri) yang baik adalah

  • pertama, menjadi teladan dalam hal fisik – pakaian kemuliaan..sekarang ada perempuan pakaiannya tidak menjadi teladan bagi anak dan orang lain (band. I Timotius 2:9 Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah)
  • Kedua, berhikmat, (ay. 26) – bukan penggosip, tukang kompor.
  • Ketiga, orang yang bertanggungjawab dalam segala hal (ay. 27 atau kecantikan jasmani). Tanggungjawab yang dimaksud adalah berhubungan dengan apa yang terjadi di tengah-tengah keluarganya bukan hanya dari segi kebutuhan suami, kebutuhan anak tetapi akan apa yang dilakukan di tengah-tengah keluarga. Kesan menunjukkan bahwa ibu (perempuan) hanya bertugas untuk melahirkan dan membesarkan anak. Selain itu untuk kebutuhan keluarga (memasak, menyuci, dsb). Tetapi kriteria pertama ini jauh lebih luas. Seorang perempuan yang baik semestianya mengajar anaknya mulai dari kecil sampai besar baik dari pendidikan, ketrampilan dan tanggungjawab. Juga di dalam kebutuhan keluarga, dia menumbuhkan rasa sukacita di tengah keluarga. Selain itu dia juga menopang suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Untuk apa seorang ibu (perempuan) cantik, tetapi tidak mau kerja dengan alasan kulitnya rusak?. Untuk apa seorang wanita karir, tetapi keluarga hancur berantakan. Untuk itu semua mesti dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.
  • Keempat, adalah perempuan (istri) yang takut akan Tuhan atau kecantikan rohani (ay. 30b). Dalam hal ini dia juga bertanggungjawab dalam kebutuhan kerohanian anak-anaknya, dengan mengajar berdoa, mendidik kepada Firman Tuhan dengan menjadikan teladan di tengah-tengah keluarga. Kesan menunjukkan bahwa yang paling rajin ke Gereja adalah kaum perempuan. Untuk itu kita sebagai ibu-ibu jangan berkecil hati ketika sekarang Gereja dikatakan sebagai Gereja Perempuan..

Tentu saja kedua hal di atas baik kecantikan jasmani dan kecantikan rohani tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Semuanya mesti berbarengan. Apabila dapat digabungkan, maka berkat akan melimpah yaitu

  • pertama, menjadi berkat bagi keluarga (ay. 28). Suami dan anak-anak merasakan satu kedamaian di dalam keluarga karena kehangatan dan keakraban yang dipancarkan oleh kasih sayang seorang ibu.
  • Kedua, menjadi pujian dan kebangggan keluarga (ay. 29). Kesan juga menunjukkan bahwa ada sebagian suami berselingkuh dan mencari wanita lain, oleh karena istri yang penuh dengan pengaturan, cerewet dan tidak membahagiakan keluarga. Tetapi dengan bertanggungjawab dan takut akan Tuhan, dia menjadi kebanggaan suami dan anak-anak.
  • Ketiga, mendapat berkat baik dari keluarga maupun dari Tuhan (ay. 31). Dalam hal ini, keluarga akan menyayangi dan mencitai dirinya dan terlebih dari Tuhan akan mendapatkan sukacita, ketrentraman dan umur panjang yang penuh dengan kebahagiaan.

“Kasih ibu sepangjang jalan, kasih anak sepanjang penggalah”. Ungkapan ini sebenarnya memberikan kekuatan bagi kita bahwa seorang perempuan (istri) memiliki tanggungjawab yang besar di tengah-tengah keluarga. Tanpa seorang Ibu, maka anak-anak tidak dapat hadir di tengah keluarga. Mulai dari kecil samapai besar, tanggungjawab seorang ibu sangat besar. Tempat pengaduan seorang anak adalah ibu. Bahkan apabila terjadi dukacita di tengah keluarga, sedih, sakit, maka dengan perasaannya ibu memberi hatinya untuk mendampingi dan menerima semuanya (band. Amsal 10:1 “Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak yang bebal adalah kedukaan bagi ibunya”). Namun itu juga tidak dapat tercapai, tanpa dukungan dari seorang suami. Suami yang baik adalah suami yang mau memperhatikan, menyayangi dan bergandengan tangan dengan istri dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Di samping itu, seorang ibu mesti memberikan seluruh pergumulannya kepada Tuhan, karena kasih Tuhan sepanjang zaman. Amin.

Bahan diskusi :

  1. Bagaimana tindakan kita menjadi istri yang menjadi berkat bagi keluarga (suami dan anak-anak)?
  2. Apa tugas kita dalam mendukung suami dalam tugas pelayanan atau pekerjaannya yang mungkin sangat sibuk dan kurang perhatian dalam keluarga)?..

[1]. Tulisan ini bermula dari Bahan PA Komisi Perempuan Jemaat BNKP Depok, Jumat, 12 Februari 2010. Tulisan ini hanya bersifat opini dan hanya wacana sederhana karena saya yakin kita pasti memilki pemahaman yang berbeda-beda akan teks ini…Semoga menjadi berkat..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar