Sabtu, 15 Mei 2010

CINTA AURA kepada RATHIS

Aura : bu kapan rathis lewat depan rumah kita? (bertanya kepada ibunya).

Ibu : ya nggak tau, emanknya kenapa? Kamu Kangen ya sama dia??

Aura : nggak kok bu. (terdiam dan tersipuh malu).

Ibu : terus kenapa kamu nanya gitu sama ibu?? Ayo ngaku….(meledek dengan penuh penasaran)

Aura : nggak….(tetap terdiam dan memperhatikan depan rumahnya)

Ibunya menatap anaknya penuh dengan rasa haru karena buah hatinya itu sudah bisa merasakan cinta di umurnya yang ke 12. Padahal umur dini seperti aura belum pantas bila merasakan hal seperti itu.

Beberapa jam kemudian rathis melewati depan rumah aura sambil memancarkan senyum manisnya itu kepada aura. Aura bahagia, melompat kegirangan seperti dihipnotis sama romy Rafael. Walaupun hanya sebuah senyuman, aura dapat tidur nyenyak dimalam harinya. Berharap rathis disampingnya agar bisa bersamanya merasakan hangatnya malam.

Keesokan harinya, saat terbangun dari tidurnya aura berdoa seperti yang diajarkan ibunya:

Aura : ya Allah, berilah kesehatan pada diri ini, berilah kesembuhan pada jiwa ini ya Allah dan berikanlah jalan yang benar kepada aura.

( menutup sambil meneteskan air matanya)

Ibu : sudah bangun ya sayang??

Kenapa menangis??

Aura : enggak apa-apa bu. (sambil menngusapkan air matanya)

Ibu : ya udah sekarang kamu sarapan yah..

Aura : iya…

Setelah sarapan aura langsung mandi dan mempersiapkan dirinya untuk memberanikan diri agar menegur rathis saat dia lewat nanti.

Berjam-jam aura menunggu rathis belum lewat juga, putus asa terpancar dari raut wajahnya. Kegundahanpun terasa dalam dirinya.

Dari jauh ibu memandang buah hatinya, merasa sedih melihat anaknya seperti itu yang penuh dengan kekurangan. Andai ayahnya masih ada pasti dia tidak akan kesepian seperti sekarang ini (terucap dari dalam hati sang ibu). Sang ibu yang sudah tua dan mengharapkan uang pensiunannya itu tidak dapat memberikan janji-janji yang bisa membuat aura senang. Terkurung di gubuk tua, mengubur semua harapan aura. Tidak ada seorangpun yang ingin berteman sama aura karena kekurangannya itu.

Walaupun harapannya semua telah hilang, aura tetap bisa tersenyum selalu dengan melihat pujaan hatinya.

Tapi ada kekhawatiran dalam hati ibunya, aura tidak cantik dan juga tidak pintar jadi apa yang dilihat oleh rathis nantinya. Oh tidak ini hanya akan menyakitkan hatinya aura (ucap dari hati ibunya). Tangisanlah hanya jalan satu-satunya untuk menenangkan hati sang ibu.

Berhari-hari rathis tidak pernah menginjakan kakinya didepan rumah aura. Aura sedih,tidak ada yang bisa membalut hatinya lagi. Akhirnya aura memutuskan dirinya untuk temui rathis dirumahnya. Dengan tidak beralaskan sandal, kaki aura terluka tetapi itu tidak mengakhiri perjalanan jauhnya. Melewati padatnya jalan raya, menembus ladang, menyusuri derasnya arus sungai,aura tetap tidak putus asa.

Beberapa jam kemudian aura menemukan rumah rathis dengan melihatnya dari jauh. Berharap rathis keluar agar aura dapat memandangnya lagi, namun rathis belum kelihatan juga. Hujan, petir tak menggoyahkan keputusan aura untuk menunggu rathis agar keluar dari rumahnya. Magrib pun tiba, rathis belum keluar, akhirnya aura mendatangi rumahnya rathis.

Aura : assalamualaikum…..

Walaikumsalam, terdengar dari dalam rumah rathis. Tiba-tiba, seorang ibu menyampirinya dan ternyata dia ibunya rathis.

Ibu rathis : mau nyari siapa de???

Aura diam tanpa kata membuat ibu rathis penasaran.

Ibu rathis : ade nyari siapa? (dengan emosi menanyakan keinginan aura ingin bertemu dengan siapa)

Tetap saja aura terdiam sehingga membuat ibu rathis kesel dan mengusir aura tapi aura tidak mau meninggalkan tempat itu. kemudian rathis keluar karena mendengar omongan ibunya yang keras itu.

Rathis : ada apa sih bu,kok teriak2???

Ibu rathis : siapa yang nggak kesel!

Nih anak autis ditanya nggak dijawab!!

Bahagianya aura tersenyum lepas setelah melihat pujaannya itu keluar dari rumah sehingga menghiraukan omongan ibunya rathis tentang kekurangannya itu.

Rathis : dia kan autis bu, jadi lambat berpikirnya. (dengan lembut demi menjaga perasaan aura)

Ibu rathis : oh jadi sekarang kamu sudah berteman sama anak gembel yang autis itu???

Rathis : rathis tidak ….

Ibu rathis : jangan alasan kamu, pokoknya ibu tidak mau melihat kamu berteman sama anak ini!!!

Sekarang kamu masuk!

Dan kamu gembel, pergi dari sini!!!! (didorong olehnya sampai aura terjatuh)

Aura kaget dan menangis saat mendengar bentakan dari ibu rathis. Dan tak terbayangkan seorang ibu yang dicintai mengikutinya dalam perjalanan yang jauh itu. Mewaspadai buah hatinya itu tertimpa musibah. Tapi tak terbendungkan, air mata seorang ibu jatuh membasahi wajahnya yang melihat anaknya di caci dan disakiti. Lagi-lagi, cuma tetesan air mata yang bisa ia perlihatkan kepada buah hatinya bahwa seorang ibu tidak bisa melihat anaknya diperlakukan seperti itu. Dengan sebuah tangisan aura mendatangi ibunya dan memeluknya dengan erat.

Disaat suasana yang haru itu, aura dapat berkata pertama kalinya.

Aura : aura pengen sembuh bu!(dengan tangisan membuat suasana makin haru)

Ibu : ibu janji aura nggak akan disakiti lagi yah, yang penting aura harus dengar kata-kata ibu. (menjanjikan agar aura kembali bersemangat dalam kehidupannya)

Aura : aura pengen sembuh bukan karena takut disakiti bu…

Ibu aura : terus kenapa aura ngomong kaya gitu, ibu sayang kok sama aura walaupun aura seperti ini. Bagaimanapun aura anak ibu satu-satunya yang paling ibu sayangi.

Aura : aura pengen sembuh karena nggak mau lihat ibu sakit hati karena aura disakiti….

Tangisan sang ibu makin dalam, dengan erat aura dipeluk olehnya sambil berkata “maafin ibu yah

yang nggak bisa buat hidup aura lebih sempurna”. Nggak bu, karena adanya seorang ibu, hidup aura sudah sangat sempurna.(terucap kata yang terlontar dari seorang anak autis)

Beberapa menit setelah perjalanan pulang, sang ibu baru menyadari seorang anak autis tidak mungkin dapat berpikir seperti itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar