Rabu, 26 Mei 2010

Elettaria cardamomum Maton

Kingdom: Plantae
Division: Magnoliophyta
Class: Liliopsida
Order: Zingiberales
Family: Zingiberaceae
Genus: Elettaria

Species: E. cardamomum


SINONIM
  • Amomum kapulaga Sprague
  • Amomum compactum Solad ex Maton
  • Amomum cardamomum Willd
  • Amomum capulaga Spangue & Burk
  • Alpinia striata Horst
  • Cardamomum minum Rumph
  • Elettaria major Smith

NAMA DAERAH

  • Kapulaga, Kardamon (Aceh, Melayu)
  • Palago, Pelaga, Puwar (Minangkabau)
  • Kapol, Kapol sebrang, Pelaga (Sunda)
  • Kapulogo, Kapulogo sabrang, Pulogo, Kapol sabrang (Jawa)
  • Kapolagha, Palagha (Madura)
  • Korkolaka (Bali)
  • Gandimong (Bugis)

MORFOLOGI Elettaria cardamomum

Elettaria cardamomum berupa herba tahunan. Tingginya mencapai 1-5 meter. Tumbuhnya bergerombol dan memiliki banyak anakan. Batang semu yang tersusun oleh pelepah-pelepah daun, berbentuk silindris dan berwarna hijau. Umbi batang agak besar dan gemuk.

Daun tunggal, tersebar, dan berwarna hijau tua. Helai daun licin atau agak berbulu, berbentuk lanset atau tombak, dengan pangkal dan ujung runcing dan tepi daun rata. Panjang daun sekitar 1-1,5 meter. Antara pelepah dan helai daun terdapat lidah yang ujungnya tumpul, panjang sekitar 0,5 cm.

Akar serabut dan berwarna putih kotor. Rimpang bulat panjang, bercabang simpodial, dan berwarna putih kekuningan. Pada awalnya cabang-cabang rimpang ini dibungkus oleh sisik-sisik yang pendek

Perbungaan berupa bulir (bongkol) yang kecil terletak di ujung batang, berwarna putih atau putih kekuningan. Tangkai bunga muncul dari umbi batang, menjuntai, ramping. kelopak panjang lebih kurang 1-1,5 cm, berbulu, berwarna hijau. Mahlota berbentuk tabung, panjang 1-1,5 cm, berwarna putih atau putih kekuningan. Taju biasanya lebih panjang dari tabungnya. Bibir bunga berwarna biru berlajur putih, tepinya kuning. Benang sari panjangnya 1-1,5 cm, kepala sari bentuk elips, panjang sekitar 2 mm. Tangkai putik tidak berbulu, kepala putik berbulu, berbentuk mangkok.

Buah berbentuk buah kotak, terdapat dalam tandan kecil-kecil dan pendek. Buah bulat memanjang, berlekuk, bersegitiga, agak pipih, kadang-kadang berbulu, berwarna putih kekuningan atau kuning kelabu. Buah beruang 3, setiap ruang dipisahkan oleh selaput tipis setebal kertas. Tiap ruang berisi 5-7 biji kecil-kecil, berbentuk bulat telur, diameter 2-3 mm, berwarna coklat atau hitam, beraroma harum yang khas. Dalam ruang biji-biji ini tersusun memanjang 2 baris, melekat satu sama lain.


FISIOLOGI Elettaria cardamomum

Kapulaga tumbuh liar di hutan primer dan hutan jati, di daerah pegunungan yang rendah dan tanahnya agak basah, bercurah hujan tinggi, atau di daerah yang selalu berawan, pada ketinggian 200-1000 m di atas permukaan laut. Kapulaga tumbuh subur di bawah naungan pohon-pohon kayu hutan, di tempat-tmpat yang sangat terlindung.

Tumbuhan ini tersebar hampir di seluruh Indonesia, terutama di Jawa Barat dan Sumatera Selatan. Selain di Indonesia, kapulaga banyak ditemukan di Srilangka, India, Guatemala, Tanzania, Papua Nugini, dan Malabar.

Kapulaga memiliki aroma sedap sehingga orang Inggris menyanjungnya sebagai grains of paradise. Aroma sedap ini berasal dari minyak atsisi pada kapulaga. Minyak atsiri ini mengandung 5 zat, yaitu :

  • Borneol ( sejenis terpena ) yang berbau kamper seperti yang tercium dalam getah pohon kapur barus
  • Alfa-terpinilasetat yang harum seperti bau jeruk pettigtain
  • Limonen yang juga harum seperti bau jeruk keprok
  • Alfa terpinen yang harum seperti jeruk sitrun
  • Sineol yang sedap agak pedas menghangatkan seperti minyak kayu putih
Kombinasi bau kamper, jeruk petigrain, jeruk keprok, jeruk sitrun, dan minyak kayu putih inilah yang membentuk aroma khas kapulaga.
Buah kapulaga mengandung minyak atsiri yang terutama mengandung sineol, terpineol, dan borneol. Kadar sineol lebih kurang 12 %. Di samping itu, buah kapulaga juga mengandung saponin, flavnoida, senyawa-senyawa polifenol, mangan, pati, gula, lemak, protein, dan silikat.
Biji mengandung 3-7 % minyak atsiri yang terdiri atas terpineol, terpinil asetat, sineol, alfa borneol, dan beta kamfer. Di samping itu, biji juga mengandung minyak lemak, protein, kalsium oksalat, dan asam kersik. Dengan penyulingan dari biji diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum Cardamomi, yang digunakan sebagai stimulans dan pemberi aroma.
Rimpangnya mengandung saponin, flavnoida, dan polifenol, di samping juga minyak atsiri.
Kapulaga mengalami adaptasi fotosintesis C4. Tumbuhan C4 dinamakan demikian karena tumbuhan ini mendahului siklus Calvin dengan fiksasi karbon lain yang membentuk senyawa berkarbon 4 sebagai produk pertamanya. Dalam tumbuhan C4 ini, terdapat 2 jenis sel fotosintetik yang jelas berbeda : sel seludang-berkas pembuluh dan sel mesofil. Sel seludang-berkas pembuluh disusun menjadi kemasan yang sangat padat di sekitar berkas pembuluh. di antara sel seludang-berkas pembuluh dan permukaan daun terdapat sel mesofil yag tersusun lebih longgar. Siklus Calvin terdapat pada kloroplas seludang-berkas pembuluh. Akan tetapi, siklus ini didahului oleh masuknya CO2 ke dalam senyawa organik dalam mesofil. Langkah pertama ialah penambahan CO2 pada fosfoenolpiruvat ( PEP ) untuk membentuk produk berkarbon 4 yaitu oksaloasetat. Enzim PEP karboksilase menambahkan CO2 pada PEP. Dibandingkan dengan rubisko, PEP karboksilase memiliki afinitas yang jauh lebih tinggi terhadap CO2. Oleh sebab itu, PEP karboksilase dapat memfiksasi CO2 secara efisien ketika rubisko tidak dapat melakukannya ( ketika hari panas dan kering ) stomata tertutup sebagian menyebabkan konsentrasi CO2 dalam daun berkurang dan konsentrasi O2 meningkat. Setelah tumbuhan C4 memfiksasi CO2, sel mesofil mengirimnya keluar produk berkarbon 4 ke sel seludang-berkas pembuluh melalui plasmodesmata. Dalam sel seludang-berkas pembuluh, senyawa berkarbon 4 melepaskan CO2 yang diasimilasi ulang dalam materi organik oleh rubisko dan siklus Calvin. Akibatnya, sel mesofil tumbuhan C4 memompa CO2 ke dalam sel seludang-berkas pembuluh, mempertahankan konsentrasi CO2 dalam sel seludang berkas pembuluh cukup tinggi agar rubisko dapat menerima CO2, bukan oksigen. Dengan cara ini, fotosintesis C4 meminimumkan fotorespirasi dan meningkatkan produksi gula. Adaptasi ini sangat bermanfaat dalam daerah panas dengan cahaya matahari yang banyak dan di ligkungan seperti inilah tumbuhan C4 muncul dan tumbuh subur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar